Selasa, 27 Desember 2011

Dalam Mihrab Cinta


Dalam Mihrab Cinta
            Dalam Mihrab Cinta, ya........ inilah sebuah judul novel dengan penulis bernama Habiburrahman El Shirazy, karena begitu menariknya novel tersebut dan banyak digemari oleh masyarakat muslim Indonesia “Dalam Mihrab Cinta “ ini diangkat menjadi sebuah film .
            Syamsul Hadi dan Zidna Ilma memulai pertemuannya disebuah stasiun kereta api di Pekalongan, karena rambutnya Syamsul yang gondrong.....pertama kali Zizi melihatnya diapun ketakutan, karena Zizi mengira Syamsul adalah orang yang tidak baik. Kemudian Syamsul menjelaskan bahwa dia bukanlah orang jahat. Seiring berlarutnya malam penumpang yang ada di kereta api tertidur lelap, hingga mereka tidak menyadari bahwa ada seorang maling yang masuk ke dalam kereta itu. Untungnya Syamsul terbangun melihat maling itu, dan dia berteriak “ maling.................!!!” sampai penumpang yang ada di kereta terbangun. Maling tersebut berdiri tepat di samping Zizi, sampai-sampai Zizi menjadi sandra dari maling itu, melihat hal itu penumpang pun cemas,, dan Syamsul menyeru kepada maling itu “ mas....., tolong lepaskan wanita itu, kalau mas lepaskan wanita itu saya dan penumpang di sini ndak akan melaporkan mas ke polisi,.” Maling tak menghiraukan. Tiba-tiba terjadi suatu guncangan dalam kereta yang menyebabkan Zizi terlepas dari maling itu, pada saat itu terjadi suatu perkelahian antara Syamsul dan si maling, malingpun lari. Setelah kejadian itu terjadi pembicaraan yang panjang lebar antara Syamsul dan Zizi, yang pada intinya Syamsul pergi ke Kediri ingin nyantri di pondok pesantren Al Furqan yang ada di Kediri. Dan Zizi ke kediri karena ayahnya baru saja meninggal dunia.
            Singkat cerita, Syamsul telah menjadi salah satu santri dari pondok pesanteren Al Furqan di Kediri, di sana dia mempunyai seorang teman yang bernama Burhan. Suatu hari ,, Burhan mempunyai rencana yang licik terhadap Syamsul, dia ingin mentraktir Syamsul tetapi dia sengaja meninggalkan dompetnya dalam lemari. Dia pun menyuruh Syamsul untuk mengambil dompetnya, karena dalam pondok pesanteren itu akhir-akhir itu sering terjadi pencurian, di masing-masing kamar ada santri bagian keamanan yang bertugas untuk mengintai. Ketika Syamsul mengambil dompet Burhan, santri bagian keamanan melihatnya dan menuduh Burhan sebagai maling.
            Sampai dia mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari para santri dan di kurung dalam sebuah gudang yang biasa digunakan untuk mengurung santri yang mengambil hak orang lain. Sampai pada saat tabayun ia ditanya oleh Kyai Miftah “ Sapa jenengmu ?“ jawab Syamsul “ Syamsul Hadi pak kyai “. Lalu Kyai Miftah menjawab “ nama yang baik. Kemudian beliau bertanya lagi “Apakah benar kamu yang mencuri dompet si Burhan ? “ jawab Syamsul “ tidak pak Kyai”.
            Pak kyai bertanya lagi “ apakah benar kamu yang membuka lemari si Burhan ?” jawab Syamsul “ benar pak kyai,,,,, tapi tidak untuk mencuri.... “. Kemudian Syamsul menjelaskan kejadian yang sebenarnya bahwa dia disuruh oleh Burhan untuk mengambilkan dompetnya yang tertinggal di lemari, dan Syamsul meminta Burhan untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Naudhubillahi min dzalik...,, setelah Burhan diminta untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya, dia justru memutar balikan fakta bahwa dia tidak memerintahkan Syamsul untuk mengambil dompetnya, bahkan tidak hanya itu, dia berani bersumpah atas nama Allah jika dia berbohong maka dia siap menerima azab Allah.
            Dan memanglah benar,, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Syamsul menjadi korban fitnah yang sangat keji,, dia hanya pasrah saja karena ketidakberdayaannya itu , sampai ia dikeluarkan dari pasantren dan mendapatkan hukuman ta’zil ( penggundulan). Sebelum keluar dari pesantren Syamsul berkata kepada para hakim yang mengadilinya bahwa “ saya tidak akan mengampuni dosa kalian semua sebelum kalian mencium kaki saya karena kalian telah melakukan kedholiman kepada saya dan menjatuhkan hukuman dengan semena-mena.”   Mendengar pernyataan itu, para hakim pun menjadi merasa takut dan berasalah.
            Sesampainya di rumah,,, Syamsul mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari ayah dan kakak-kakaknya yang tidak mempercayai dia, hanya ibu dan adiknya lah yang percaya bahwa Syamsul tidak bersalah. Dengan keadaan yang demikian, Syamsul memutuskan untuk pergi dari rumah dan meninggalkan sebuah surat untuk keluarganya. Yang isinya “ adik ku Nadia,,, maafkan mas Burhan Nad,,, mas harus pergi dari rumah karena sepertinya keluarga di rumah sudah tidak percaya lagi kepada mas.”
            Karena berhari-hari telah berada di luar rumah dan telah kehabisan uang, Syamsul melakukan suatu kekhilafan dan dengan tidak pikir panjang ia pun mencopet dompet orang sampai ia masuk penjara. Setelah keluarganya memeproleh informasi bahwa Syamsul mendekam di penjara Nadia adik kandung Syamsul menebus Syamsul dengan perjanjian bahwa, setelah Syamsul keluar dari tahanan ia akan pulang ke rumah.
Ternyata ketika di jalan bersama Nadia, Syamsul kabur dan meminta Nadia untuk pulang. Nadia menjadi sangat kecewa dengan keputusan Syamsul, karena dia telah melanggar janjinya untuk bersedia pulang ke rumah. Zizi,, sebagai seseorang yang simpatik kepada Syamsul sering bermain ke rumahnya untuk menanyakan informasi tentang keberadaan Syamsul dan juga menguatkan hati ibunda Syamsul yang hari demi hari selalu menangis..
Tiba disuatu daerah ibu kota, Syamsul pun menjalani sebuah kehidupan yang baru. Disana Ia pergi kesana kemari untuk mencari pekerjaan,, tapi sayangnya tak ada satupun yang mau menerimanya. Hingga ia memutuskan untuk mencopet kembali, sekarang pun kehidupan telah ia jalani dengan mencopet. Hingga suatu ketika, ia mencopet dompet seseorang yang bernama Silvi. Ketika dilihatnya, dalam dompet itu terdapat foto Burhan sebagai kekasih dari saudari Silvi. Melihat itu, Syamsul bermaksud untuk menggagalkan ikatan yang dijalin oleh Silvi dan Burhan, bahwa dia bukanlah calon yang baik buat Silvi. Subhanallah, Allah memanglah Sang Maha segala galanya, yang mempunyai rencana terbaik untuk manusia. Dari sini, menjadi seorang guru prifat si kecil Dela, yang berada di samping rumah Silvi.
Dengan itu diapun berhasil menunjukan kepada orang tua Silvi,,, bahwa Burhan bukan lah lelaki baik-baik, dia mempunyai banyak kekasih dan punya kepribadian yang sangat tidak baik.
Hari berlalu masih ia jalani sebagai pencopet,hingga ia merenung dan menyesali perbuatanya atas segala kekhilafan yang telah ia perbuat,, ia berkata “ pantaskah saya dipanggil ustadz sedangkan saya ini adalah seorang maling?” dia bertanya kepada dirinya sendiri. Lalu ia pun menangis tersedu-sedu dan kemudian Syamsul pun bertaubat menyesali perbuatannya yang telah dilakukan dan tidak akan mengulangi perbuatannya itu. Berganti profesi sebagai dai,, saat itu Syamsul memulai ceramahnya di sebuah mushola yang berada di samping rumah Silvi pada perkumpulan yang dimulyakan Allah SWT itu ada seorang manager Edo TV ( salah satu televisi swasta) yang ikut mendengarkan ceramah dari saudara Syamsul,, kemudian dia pun tertarik kepada Syamsul.  Subhanallah,,dari situ dia menjalin kontrak dengan Edo TV sehingga menjadi seorang dai yang sangat terkenal. Setelah dikaruniai banyak rezeki ia pun mengembalikan semua dompet yang pernah dia curi tanpa mengurangi isinya sedikit pun, malahan dia menambahkan uang yang ada di dalamnya sebagai suatu sedekah.
            Singkat cerita, setelah keluarganya dan keluarga Kyai Miftah tahu alamat Syamsul, mereka mendatangi rumah Syamsul. Kebetulan pada saat itu ia sedang  mengajar anak-anak di mushala. Ibunda Syamsul memerintah anak didiknya untuk memberi tahu kepada Syamsul,,bahwa ada keluarganya yang datang. Ketika keluar dari pintu mushala, dia melihat ibunya, lalu ia mencium kaki ibunya dan keluarlah air mata bahagia dari matanya lalu ia meminta maaf kepada ibunya karena tidak pernah menemui ibunya dan tidak pernah mengirimkan kabar kepada ibunya. Setelah itu terjadi perbincangan pendek antara ibunya, Nadia, dan Zizi. Pada percakapan itu, Syamsul bertanya kepada Zizi “ jadi ibu, Nadia, dan Zizi datang kesini bertiga?” lalu Zizi menjawab “ tidak mas,,, sebenarnya kami kesini bersama kang mas saya Kyai. Miftah dan juga lurah pondok, tapi beliau belum siap untuk menemui mas Syamsul”. Mendengar itu, Syamsul lau menghampiri pak Kyai meminta dan meminta maaf karena menemui pak Kyai di tempat yang tidak layak. Kemudian pak kyai menjawab pernyataan Syamsul “ tidak sul, seharusnya saya yang minta maaf kepada mu,, biarlah saya mencium kaki kamu. Daripada saya harus menanggung beban ini sampai akhirat “ pak kyai pun hampir berlutut kepada Syamsul, kemudian dia melarangnya dan memeluk erat-arat kyai Miftah, lalu dia pun mengajak keluarga beserta rombongannya ke rumah.
            Pada saat perbincangan di rumah Syamsul, tiba-tiba orang tua Silvi datang,, karena telah lama berbincang-bincang....kyai Miftah beserta rombongan pamit pulang. Ketika hampir sampai mobil,,,,Zizi baru teringat bahwa tasnya tertinggal di rumah Syamsul, Zizi meminta Nadia untuk menemani mengambil tasnya, disaat berada di depan pintu rumah Syamsul,, Zizi tidak sengaja mendengar pembicaraan yang terjadi antara orangtua Silvi dan Syamsul. Yang intinya orangtua Silvi meminta Syamsul untuk menikahi Silvi. Mendengar hal itu Zizi menjadi sangat sedih, kareana Zizi sudah lama menaruh hatinya pada Syamsul, diapun lari menuju mobil sambil menangis.


 Singkat cerita, Syamsul  meminta pendapat kepada ibunya tentang bagaimana baiknya sehubungan dengan lamaran orang tua Silvi itu. Ibunya pun memberi masukan bahwa, alangkah baiknya jikalau Syamsul lebih baik menikah dengan Zizi, karena ibunda Syamsul sudah kenal sekali dengan Zizi dan selama ini Zizi lah yang selalu menguatkan hatinya,, dan Zizi itu adalah figur wanita yang sholehah, sedangkan Silvi,,, ibunda Syamsul belum kenal. Menanggapi masukan ibunya tadi Syamsul berpendapat bahwa rasanya dia tidak cocok dengan Zizi kerena masih banyak lelaki yang lebih pantas meminang Zizi, karena Zizi terlalu baik untuk Syamsul. Dia menganggap alangkah baiknya menerima lamaran Silvi yang sudah jelas-jelas meminangnya. Mendengar itu, Ibunda Syamsul menyuruh Syamsul untuk melakukan shalat Istikharah, supaya diberikan kemantapan dalam memilih jodoh oleh Allah SWT.


Syamsul melakukan istikharah pada malam harinya,,, dan akhirnya ia memantapkan pendirianya untuk menerima lamaran Silvi. Hari demi hari berganti merekapun semakin serius untuk menempuh bahtera kehidupan bersama,,, undangan telah di bagikan, , , , hmmm,,, “ memang benar kata orang bijak , “ setiap orang pasti punya prinsip lebih cepat lebih baik, tapi alangkah baiknya apabila kita mengerjakan sesuatu dengan jiwa dan hati yang tenang dan tidak terburu-buru,, karena hasil yang akan dicapainya pun kiranya akan lebih baik.”  tinggal 1 undangan lagi yang belum dibagikan yaitu untuk bude Silvi yang ada di Bogor,, Silvipun nekat dan sangat bernafsu untuk mengantarkannya sendirian tanpa didampingi oleh siapapun. Padahal ayah Silvi sudah mengingtkan kepada Silvi bahwa pernikahannya tinggal beberapa hari lagi, tidak baik calon pengantin pergi sendirian menjelang pernikahannya dan menawarkan untuk menemani Silvi ke Bogor dan menyuruh sopir di rumahnya untuk mengantarkan Silvi, akan tetapi dia justru menolaknya. Ketika dalam perjalanan ia menelopon Syamsul,, ia memberi tahu bahwa ia pergi ke Bogor untuk mengantarkan undangan untuk budenya dan ia berkata kepada Syamsul bahwa ia sangat bahagia sekali karena akan mendapatkan suami seperti Syamsul. Karena asyiknya nelfon Silvi tidak memperhatikan jalan,, sampai pada saat ia menoleh kedepan ada sebuah motor kemudian Silvi mebelokan setir mobilnya, sampai menabrak warung dan mengakibatkan mobilnya terguling dan terseret ke jalanan, Inna lillahi wa inna ilaihi raa ji’un . memang manusia tidak pernah tahu kapan ajal akan menjemputnya dan caranya itu seperti apa.




Polisi pun mengurus olah tkp peristiwa kejadian kecelakaan itu,,, telepon di rumah Silvipun berdering,, pertama kali yang mengangkat ibunya, terdengar suara polisi “apa benar ini dengan orang tua saudari Silvi? “ ibunya menjawab “ benar, ini dengan siapa ya?” polisi menjawab “ kami dari pihak kepolisian , kami ingin memberitahu kepada ibu bahwa anak ibu telah mengalami kecelakaan dan tidak tertolong “, mendengar kabar itu ibunda Silvi tidak percaya, ibunya pun menangis dan berteriak ayah....ayah....., ayah Silvipun turun dari tangga untuk menanyakan kepada istrinya apa yag terjadi,, ibunda Silvi hanya bisa berkata “Silvi pah....Silvi”. “apa yang terjadi dengan Silvi mah... jawab suaminya? “lalu ia pu mendengarakan telepon yang terlepas dari genggaman tangan istrinya, polisi menjelaskan kembali kepada ayah Silvi..bahwa ia telah mengalami kecelakaan dan nyawanya tidak tertolong.
Singkat cerita,,, Setelah kejadian itu Syamsul menjadi sangat sedih sekali dan merasa kehilangan. Hari-harinya  dia jalani dengan merenung dan tidak mau makan,, bayang-banyang Silvi masih terlintas dalam benaknya karena tinggal satu hari lagi pernikahan dia dengan Silvi akan digelar, dan Tuhan berkehendak lain. seiring waktu berjalan, luka dihati Syamsul pun mulai sembuh.....,,,setelah itu Syamsul pun sudah mulai aktif melakukan aktifitas sebagaimana biasanya yaitu sebagai da’i. Suatu ketika Syamsul sedang berbincang-bincang dengan orang tuanya,,, tiba-tiba Kyai Miftah dan istrinya datang ke rumah Syamsul guna untuk bersilaturrahim dan memintannya untuk mengisi ceramah di Al-Furqan, pondok pesanteren yang telah mengusirnya dulu,, Syamsul menjawab “ rasanya saya ndak pantas untuk mengisi ceramah di pesantren pak kyai, dan ada yang lebih pantas dari saya pak kyai.“ dengan nada rendah hati Syamsul menjawabnya. lalu pak kyai berkata “ sul,, menurutku kamu tidak hanya pantas mengisi ceramah di Al- Furqan, tapi kamu juga pantas untuk bersanding dengan adik kandungku Zizi.” Ibunda samsul ikut dalam pembicaraan, “ maksudnya pak kyai?” bertanya kepada pak kyai dengan senyum-senyum menanggapi pertanyaan pak kyai tadi. Jawab pak kyai “ begini pak bambang dan bu bambang, kami minta maaf jika kedatangan kami kemari sebelumnya dianggap lancang dan mungkin terlalu cepat menyampaikan ini,, kami kesini datang dengan dua misi, yang pertama meminta Syamsul untuk ceramah di Al-furqan, dan yang tidak kalah pentingnya kami bermaksud menjodohkan Zizi dengan Syamsul.” Dengan cepat ibunda Syamsul menjawab “ saya sih setuju setuju saja pak kyai.” Sambil tersenyum..,pak bambang memandang istrinya dengan berkata “ bu..!!!” mengingatkan kepada ibunya bahwa Syamsulah yang seharusnya diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan itu. syamsulpun hanya terlamun. Pada saat itu kyai Miftah pun tidak meminta Syamsul untuk memberikan jawaban secara langsung karena semua itu perlu pemikiran yang matang.



Setelah lama memikirkan tentang lamaran Kyai Miftah itu, rasanya Syamsul tidak mempunyai alasan untuk menolak lamaran baik pak kyai itu,, Syamsul bersama keluarganya bertamu ke rumah pak kyai guna menjawab permintaan pak kyai tentang ceramah dan perjodohan itu. Sebelum menjawab permintaan dari kyai Miftah, terlebih dahulu Syamsul meminta maaf kepada pak kyai karena baru sempat sowan menemui pak kyai, selanjutnya Syamsul lalu mengutarakan bahwa ia datang ke kesitu dengan dua tujuan. Yang pertama yaitu siap untuk mengisi ceramah di Al-furqan dan yang tidak kalah pentingnya dengan mengucap Bismillah ia siap menjadi suami dari Zidna Ilma. Mendengar hal itu Zizi hanya tersenyum-senyum sendiri seperti orang yang sedang kasmaran, berbunga-bunga hatinya,karena memang suda lama ia menaruh hati kepada Syamsul. Melihat ekspresi Zizi ,, Syamsul pun ikut tersenyum karena sebenarnya ia juga suka kepada Zizi. Syamsul pun mengajukan pertanyaan kepada Zizi “ apakah Zidna ilma mempunyai syarat yang harus saya penuhi” kata Syamsul , Zidna Ilma pun menjawab dengan malu-malu “ hm,.. tidak kang mas,, saya tidak punya syarat apa-apa untuk mas Syamsul.” Sambil terus tersenyum karena ia merasa sangat bahagia akan menjadi istri dari Syamsul Hadi. Dan pada akhirnya merekapun hidup bersama melewati bahtera kehidupan dengan rumah tangga yang sakinah, mawadah dan  mendapat rahmat dari Allah SWT.SubhanAllah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar